“Masa
Depan Kita Semua Sama”
Ushuluddin yang merupakan gabungan
dua kata yang berasal dari bahasa arab “الاصل “ yang berarti
pokok,dasar atau landasan serta kata “الدين “ yang berarti agama ,jadi “الدين الاصل” berarti landasan
agama.Mendengar kata “الدين الاصل “ (Al-Ushuluddin) mungkin asing bagi kalangan
umum,tapi tidak bagi orang yang memiliki ilmu agama yang cukup.Dalam dunia
pendidikan berbasis islam,pembahasan yang berkaitan dengan pokok-pokok dasar
agama adalah unsur vital dalam mengawali proses pendidikan Islami dalam sebuah
lembaga pendidikan.Ilmu-ilmu dasar suatu pembelajaran dijadikan proses awal
untuk memulai mempelajari suatu ilmu pengetahuan kepada para
mahasiswanya.Fakultas Ushuluddin merupakan Fakultas wajib dari sebuah perguruan
tinggi agama islam baik negeri maupun swasta di indonesia.Hal itu disebabkan
ushuluddin merupakan unsur wajib,dan dijadikan “ruh” bagi perguruan tinggi
tersebut.Tidak adanya unsur tersebut patut dijadikan pertanyaan kualitas
perguruan tinggi yang katanya berbasis agama dibawah naungan Kementerian Agama.Para tokoh Cendekiawan Muslim yang
berlatarbelakang Ushuluddin banyak
tersebar dipelodok negeri.
Akhir-akhir ini dunia tercengang
dengan konflik berkepanjangan dinegera-negera timurtengah semisal
Mesir,Suriah,Libya dll.Masalah yang menyebabkan konflik-konflik yang menelan
ribuan jiwa yang tak berdosa demi kepentingan ego para penguasa.Hal ini
mengingatkan kita tentang konflik umat muslim pasca wafatnya Nabi SAW antara
Aisyah ra dan Ali ibn Abi thalib yang imbasnya terbanginya aliran keislaman
sampai saat ini.Umat islam didunia ini sedang mengalami krisis “ukhuwah
islamiyah” dalam diri mereka dan disisi lain umat-umat besar lainnya semisal
Yahudi dan Nasrani tengah gagahnya berjuang demi merebut kembali sejarah para
leluhurnya di tanah suci jerussalaem.Tingginya kualitas keberagamaan ditengah
masyarakat adalah titik awal
terbentuknya kualitas umat.Tempat-tempat kajian keislaman berdiri kokoh di
negara-negara non-muslim demi mempelajari seluk-beluk keislaman,untuk
melancarkan misi menyebarkan agama mereka ke seluruh permukaan bumi.Yang
dibutuhkan umat islam yang pertama untuk saat ini adalah kembali kokohnya
“Ukhuwah Al-Islamiyah”,kualitas para pemimpin dengan Iman yang kuat dan benar,demi
langkah awal demi menegakkan kembali islam yang mulai “keropos”.Kokohnya Islam
adalah dimana aqidah islam yang mampu merasuk kedalam hati semua penganutnya
dan membawa seorang insan untuk ber-Syari’at yang benar,demi Islam.
Fakultas Ushuluddin IAIN WALISONGO
Semarang adalah satu-satunya lembaga pendidikan islam dipusat kota
Semarang,lembaga pendidikan tinggi berbasis islam yang mengajarkan dasar-dasar
keislaman dari berbagai sudut pandang.Fakultas Ushuluddin dijadikan pusat kajian
keislaman di Indonesia sesuai dengan Visi Fakultas Ushuluddin :
“Visi Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo adalah sebagai
pusat kajian ilmu Ushuluddin yang andal, ternama di Indonesia, menghasilkan
alumni berkualitas yang berbasis ilmiah, diniyah dan ukhuwah”
Misi Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo adalah :
- Terwujudnya pengajaran dan pendidikan yang terencana, terukur, dan terpercaya yang berbasis pada manajemen mutu
- Terselenggaranya penelitian yang kontributif terhadap pengembangan ilmu, pemecahan masalah sosial-keagamaan, dan peningkatan manajemen fakultas
- Terlaksananya pengabdian kepada masyarakat melalui berbagai kerjasama kelembagaan.
- Terselenggaranya sistem manajemen yang tertata dan tertib yang secara efisien-efektif mendukung proses akademik
dengan Visi dan Misi yang sedemikian
kompleksnya,diharapkan para sarjana berlatarbelakang Ushuluddin diharapkan
mampu mengabdi di masyarakat,mampu memecahkan masalah soal-keagamaan yang
dialami masyarakat.
Mendengar kata sarjana tentunya yang ada dalam benak
kita adalah gelar seorang mahasiswa yang telah menyelesaikan program studinya
dalam jangka waktu tertentu dengan hasil akhir sebuah skripsi.Prospek kedepan
seorang sarjana adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang ia
dapat selama bangku perkuliahan untuk dijadikan bekal dalam melakoni persaingan
yang semakin kompetitif dalam dunia kerja saat ini.Materi yang didapat dikelas
dalam proses perkuliahan tentunya takkan cukup untuk dijadikan modal utama
manjalani persaingan tersebut tanpa dibareng ketrampilan yang dimiliki setiap
individu sarjana.”Kebutuhan masyarakat saat ini adalah figur sarjana yang
berkompeten dibidangnya,mampu menembus lapisan masyarakat,dan sedikit keahlian
dibidang lain yang dapat dijadikan modal tambahan”,imbuh salah satu ketua RT.
Masa depan semua sarjana sama,asalkan
bagaimana seorang sarjana dapat menempatkan posisi sebagai ahli dalam suatu
bidang,”plus” dibarengi sikap seorang sarjana yang mampu fleksibel ditengah
masyarakat,ditambah mental kita selama melakukan proses panjang tersebut,
ungkap salah seorang pakar LP2M dari perguruan tinggi swasta terkemuka di kota
semarang.Meskipun menilik data statistik tingkat pengangguran lulusan Strata
Satu yang mencapai angka 300 ribu berdasarkan data BPS munujukan prospek
kedepan yang kurang terencana oleh mahasiswa dan lembaga tempat belajar adalah
koordinasi yang kurang baik dalam rencana kedepan untuk para alumni.Kebutuhan
lapangan pekerjaan para sarjana tidak seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan
yang tersediadalah hal yang dijadikan problem birokrasi yang masih berlangsung
sampai saat ini.
Hal ini yang terjadi pada sarjana dan
calon sarjana berlatar belakang Ushuluddin seperti penulis yang dipandang
sebelah mata oleh masyarakat dan para kompetitornya dari latar belakang lain
selain Ushuluddin,karena mereka menganggap prospek suram bagi sarjana
berlatarbelakang tersebut.Mereka beranggapan demikian karena tidak paham dengan
,apa itu Ushuluddin,apa yang terjadi dalam proses pembelajaran di
ushuluddin,dan kualitas apa yang dimiliki mereka sebagai sarjana
Ushuluddin.Masyarakat sekarang ini sedang disibukkan dengan konflik sesama yang
mengatasnamakan agama,suku,dan latarbelakang mereka yang berbeda dan dijadikan
demikian alasan untuk melukai sesama.Seorang sarjana berlatarbelakang
ushuluddin tentunya paham betul dengan seluk beluk masalah diatas,dan bagaimana
cara mengatasinya,serta mengarahkan masyarakat untuk kembali berkeyakinan tanpa
menimbulkan permusuhan,mengajak kembali bermasyarakat dengan berlandaskan
perbedaan yang menjadikan pondasi keberagamaan semakin kokoh.
Muh Afit Khomsani
0 komentar:
Posting Komentar