Hidup dan masalah
Hidup
dan masalah serasa beriringan di setiap waktu. Aku dan kamu pastinya tidak
ingin di hantui masalah di setiap waktu tapi keinginan itu tak akan bisa
terwujud karena hidup adalah sebuah permasalahan, seperti yang di ungkapkan Soe
Hok Gie dalam puisinya yang berkata nasib terbaik adalah tidak pernah di
lahirkan, ke dua mati muda.
Ya,
begitulah hidup. Kita hanya perlu menyikapi itu dengan kesabaran dan ihtiar
agar ke depan hidup kita lebih baik dan bermakna. Kita masih punya tuhan yang
senantiasa kita andalkan dalam berbagai situasi apapun. Karena tuhanlah yang
maha segalanya, yang mempunyai otoritas penuh untuk mengatur dan menjadikan
hidup kita menjadi baik maupun buruk.
Dari
berbagai permasalahan itu kita bisa mengelompokkan menjadi beberapa bab,
misalnya bab keuangan. Bidang keuangan adalah menjadi permasalahan yang paling
menghantui bagi masyarakat yang mayoritas di landa kemiskinan. Apalagi di
Negara yang masih berkembang seperti Indonesia kita ini. Masyarakatnya masih
lapar, haus akan kekuasaan yang bisa di korup untuk memperkaya diri sendiri dan
kelompoknya.
Permaslahan
yang mendasar tersebut menjadikan kemajuan yang telah di gadang para pendiri
bangsa ini tersendat bahkan mandeg atau parahnya lagi mengalami kemunduran. Di
lihat dari gedung yang tumbuh subur di berbagai perkotaan memang terlihat
betapa majunya republic ini, tapi jikalau di lihat dari indeks kemiskinan
mungkin atau akan menggerutu atau bahkan misuh “jancoook”.
Ya,
itulah keadaan yang ada. Yang kita bisa lakukan adalah memperbaiki diri sendiri
agar kebaikan kita menular menjadi sebuah cahaya yang mampu menerangi gelapnya
ekonomi bumi pertiwi. Untuk menjunjung tinggi bangsa yang lebih kita cintai
melebihi bangsa lain yang mulai mengoyak hati kita agar juga mencintai budaya
mereka.
Kemerdekaan
bangsa ini adalah hasil dari keringat para pahlawan yang memberontak ketika di
perlakukan tidak manusia oleh kolonialisme. Kini ketika orang yang sama dan
sebangsa kita berubah memperlakukan rakyatnya semena-mena maka sudah satnya
rakyat berjuang untuk mendapat haknya sebagai manusia yang sejahtera seperti
yang di idamkan pada pancasila UUd 45.
Kira-kira
kenapa saya tulis kata yang tak jelas arahnya di atas? Tak lain karna saya
sudah jenuh dengan kondisi keuanganku yang begitu membelenggu pemikiranku.
Sehingga otak seperti tersumbat tatka saya ajak untuk berfikir mendalam
mengenai hidu dan apapun.
Yah
begitulah, ingin di hati belajar sampai meraih nobel tapi masalah makan saja
tak kunjung selesai. Yah inilah tantangan ganda menjadi mahasiswa yang mempunya
berbagai masalah, tak hanya keuangan.
0 komentar:
Posting Komentar