Sebenarnya
rasa ini sudah pernah terjadi berulang kali, saat dimana aku kelaparan, sakit
hati, tak puny aide, berontak, tak punya semangat. Semua yang ada di hadapan
terlihat suram. “Dunia memang kejam” kata yang pantas aku ucapkan.
Pagi,
siang, sore, malam, pagi lagi, siang lagi, sore lagi aku terpaksa merobohkan
tiang yang aku bangun untuk masa depan jangka pendek. Aku runtuhkan, aku
cabik-cabik semangat itu untuk bertahan diri saat ini. Ini memang saat yang
terpaksa, dimana sudah lebih dari satu hari aku terpuruk di kamar kos. Hanya
tidur, facebookan dan meratapi nasib.
Aku
seperti hewan yang tak berakal, meskipun itu hanya kiasan tapi memang segala
pemikiranku belum terealisasikan. Ah, mungkin kemalasanlah yang membuatku
begini. Mungkin jika ada orang yang membaca tulisan ku ini tak akan faham
sepenuhnya. Hanya aku dan tuhan yang merasakan.
Aku di
hadapkan dua pilihan, kerja atau kuliyah. Saat ini yang aku hadapi yaitu
kuliyah, tapi aku sering bolos dan tidak mengerjakan tugas lantaran kemalasanku
dan seringnya aku tak dapat bertahan hidup dengan tenang.
Kenapa
aku gak bisa hidup dengan tenang? Salah satunya memang soal ekonomi. Seringnya
aku tak bisa makan dengan teratur menjadikan aku gugup dalam mengatasi setiap
masalah. Sering menggampangkan sesuatu
juga menjadi factor penentu terpuruknya aku sat ini.
Sulit
memang meilih menyelesaikan kuliyah dulu baru kerja, atau kerja dulu lalu
meneruskan kuliyah. Kalu memilih kuliyah dulu, maka akibatnya akan
montang-manting tak karuan seperti yang aku hadapi ini. Semua bisa di bilang
kacau balau. Tapi kalau kerja dulu, takutnya kebablasan tidak mengurusi
kuliyah.
Kerja
memang yang paling aku butuhkan saat ini, banyak hutangku yang belum bisa ku
bayar. Tapi kerja sambil kuliyah aku belum menemukan. Disini menjadi bingung
mau ngapain. Ada hasrat untuk kerja agar
bisa membayar hutangku yang lebih dari jatuh tempo.
0 komentar:
Posting Komentar