AGAMA-AGAMA BARU DI INDONESIA
Malam,
bahkan malam sekali, pukul 01:00 16, 11, 2015. Aku tertarik pada buku
Agama-Agama Baru di Indonesia yang di tulis oleh pak M. Mukhsin Jamil M.A. Dia sekarang menjabat sebagai dekan Fakultas
Ushuluddin UIN Walisongo Semarang, karena dekanku sendiri juga isinya merupakan
sumbangan intelektual yang sangat berharga
untuk Indonesia dari almamaterku, maka tidak ada alasan untukku untuk tidak
tertarik.
Di sampul
belakang , menjelaskan bahwa karya pak Dekan ingin menunjukkan tesis
sekularisasi mengenai kematian agama di era modern tidak terbukti. Malahan sekarang
muncul kebangkitan agama-agama dengan berbagai varian ekspresi keagamaan. Banyak
kalangan tercengang dengan munculnya berbagai aliran dan gerakan keagamaan yang
“bertentangan” dengan ajaran mainstream.
Dalam konteks
Indonesia kontemporer, munculnya aliran dan gerakan keagamaan baru cukup
meresahkan masyarakat, lembaga agama/ulama, bahkan merepotkan Negara. Gerakan agama
baru ini merupakan tantangan yang sulit di hindari. Aliran dan gerakan lama di
haramkan dan di berangus, muncul lagi aliran dan gerakan baru.
Isi buku
ini secara sederhana memetakan bentuk-bentuk
kebangkitan agama di Indonesia dalam tiga kelompok. Pertama, revitalisasi
tradisionalisme yang tercermin dalam sufisme kota, Fundamentalisme dan
radikalisme islam. Kedua, gerakan sepiritualitas lintas iman yang
tercermin dari fenomena Lia Eden,
Brahman Kumar, dan Adnan Asram. Ketiga, revitalisasi agama local yang tercermin dari
fenomena Sunda Wiwitan, Budho Tengger, Samin, dan Subud.
Bagi
siapa yang penasaran dengan merebaknya “agama-agama baru” di Indonesia dengan
berbagai varian ekspresi, ajaran, dan sikap pemerintah maupun ulama
terhadapnya, maka buku ini merupakan jawabanya.
Dalam buku
ini juga di sampaikan gagasan bagaimana seharusnya beragama dalam konteks global secara ideal. Pendekatan
sosiologis yang di pakai dalam buku ini cukup menggelitik dan merangsang sahwat
intelektual dalam memperkaya wacana
keagamaan secara lebih dinamis.
Dari penyampain
yang betul-betul merangsang sahwat intelektual
di sampul belakang itu, membuatku
malam ini harus membaca sekuat mata melek. Kopi, rokok, mi instan menjadi teman
yang mengasyikkan. Rokok sigarilos yang besar ini cukup untuk menjadi penghibur
dan penghilang rasa kantuk selain kopi hitam.
0 komentar:
Posting Komentar