Seringkali
kita berprasangka buruk terhadap sesuatu yang kita tangkap dari indera apalagi
tak sesuai dengan pemikiran kita sendiri. Hal itu sebuah kewajaran karena pada
umumnya manusia sulit menerima sesuatu hal baru. Kita cenderung nyaman pada
suasana yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari dan itu mempengaruhi terhadap
pola piker sampai prilaku.
Kita
menempati ruang dan waktu yang berbeda, maka dari itu sudah biyasa jika banyak
pertentangan di dunia ini. Yang tidak bisa di terima oleh banyak orang yaitu
memaksakan pemikiran diri sendiri sebagai sebuah satu-satunya kebenaran. Hampir
semua orang bediri di atas pemikiranya sendiri, meski ada pemikiran kolektif
yang biyasa di anut oleh banyak orang dalam sebuah wadah. Ideology memang bisa
di sebut sebuah pemikiran yang bisa menyeragamkan pemikiran namun saya rasa
tidak bisa mempengaruhi individu sampai pada semua aspek kehidupan sehari-hari.
Jika kita
ambil contoh, ada anak yang suka balon berwarna merah. Setiap kali istirahat
dia beli balon yang berwarna merah dengan temanya yang sama-sama suka warna
merah, begitupun yang suka warna biru dan ungu dia sama-sama bergerombol dengan
kesamaan kesenangan.
Pada
suatu hari, si penjual balon kehabisan stok yang berwarna merah. Maka si anak
penyuka merah tidak mau beli, sedang yang suka warna selain merah
bersenang-senang bersama saat istirahat
dengan balonya. Lalu ada salah satu
kelompok penyuka merah yang memaksakan diri membeli balon biru untuk
bisa ikut bermain dengan teman yang lain.
Si
penyuka merah yang membeli balon biru itu di kecam oleh temanyya yang merah,
dia di cap sebagai penghianat yang tidak setia terhadap kelompoknya. Namun
karena dia sudah bergabunng dengan kelompok biru maka di bela oleh temanya yang
tergabung dalam kelompok biru.
Nah,
itu salah satu contoh kecil dari pemikiran
kita yang berdiri di atas pola pikIr kita sendiri karena tanpa kita sadari
kita punya ruang dan waktu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar