Rindu Sejuk
aku berjalan di atas aspal yang hampir meleleh
menunduk sambil mengutuk
menghindar dari peluru tajam keserakahan
bersabar menghadapi kenyataan
masa itu masih tergambar jelas
menjadi
pemanis yang mengiang setiap kali aku merindukan kesejukan
dulu wajahmu sangatlah indah
rindang pepohonan
sejauh mata memandang
hanya hijau yang terpampang
Namun ketika warna mulai tak bermakna
Semua menjadi pudar
Luntur bersama panasnya terik matahari
Kini kita hanya bisa meratapi
Saat warna itu pudar
Semua hati menjadi hitam
Pekat dalam keserakahan
Berlomba memperkeruh keadaan
Tak henti aku titipkan secercah harapan pada
penguasa
Meski aku tau dialah yang mengawali semua
Kini kesabaranku tertahan di pinggiran peradaban
Tak henti berkumur do’a untuk keseimbangan
alam
0 komentar:
Posting Komentar