Tanpa kita sadari, sebentar lagi sudah di penghujung tahun 2015.
Ada apakah dengan akhir tahun ini? Bukan tentang agenda kita untuk mempersiapkan pesta tahun baru.
Di ahir tahun ini ada ucapan khusus bagi kita, yaitu "selamat datang di era baru".
Coba kita pikirkan, era baru yang seperti apa kira-kira?
sudah punya jawaban belum?
Ini dia jawabanya.
KTT asean yang berlangsung di Bali 17, 19, 2011 kemaren, menghasilkan
yang dinamakan Bali concord lll yang substansinya mengintegrasikan asean
ke dalam proses globalisasi produksi, investasi, jasa dan tenaga kerja
terampil dalam rantai pasokan global.
Bisa ditangkap kan maksudnya?
Yap, betul sekali.
(MEA) masyarakat ekonomi asean sudah di depan mata.
Itu sebabnya saya mengatakan akan datang era baru dimana sekat ekonomi,
politik, dan budaya antar negara akan terkikis oleh globalisasi.
Sudah siapkah kita menghadapinya?
Coba sebelum kita tanya pada pemerintah, alangkah baiknya kita tanya pada diri sendiri dulu, sudah siapkah?
Sebenarnya siap atau tidak, kita akan menghadapinya.
Lantas apa yang bisa kita perbuat?
Nah, ini yang perlu kita fikirkan dan pelajari bersama.
Banyak para tokoh politik dan ekonomi maupun para akademisi yang
menuangkan analisisnya dalam sebuah tulisan. Dari tulisan itulah kita
bisa mempelajari dan mengolah menjadi sebuah pemikiran yang dapat kita
realisasikan untuk memperbaiki dan membentengi negri ini.
Mea sebagai wujud perdagangan bebas di wilayah asean, memaksa kita untuk memahami rantai pasokan dan mea itu sendiri.
Pandangan konvensional yang menganggap persaingan perdagangan ekonomi
internasional adalah persaingan antar negara atau benua telah mengalami
pergeseran. Perusahaan multinasionalah yang memainkan peran dalam kontes
persaingan.
Perusahaan multinasional yang telah membentuk jaringan
produksi yang melibatkan perusahaan besar di berbagai negara kelak akan
memperoleh keuntungan yang besar berkat efisiensi yang maksimal.
Kegiatan produksi, pembuatan bahan baku, penyelesaian akhir produksi di
sebar ke lokasi yang paling menguntungkan di seluruh dunia.
Nah,
kita sebagai masyarakat biyasa akan mengambil peran dimana? Ketika besok
negara dan regulasinya tak mampu mengalahkan kedigdayaan korporasi.
Oh, maka mari kita pelajari bersama.
Negara berkembang yang tak kunjung maju seperti indonesia kita ini
terlalu sibuk dengan kekuasaan, sibuk pilkada, sibuk ngurusi wakil
rakyat yang berengsek dengan segala kerakusanya.
Tut, tut, tut. Kamfret batre abis, belom selesai nulise.
Sedikit Belajar di Gedung NU Mangkang 01:53 28, 11, 2015.
0 komentar:
Posting Komentar