Selasa, 05 Januari 2016

pelatjur

Sejarah telah mencatat seorang pemuda di balik kegemaranya menimang bunga mawar merah merkah, pernah sekali menggadai bunga kesayanganya tersebut.
Suatu hari, atas kepentingan relasi pemuda itu bersemangat untuk meninggalkan kepentingan rutinitas biyasa yang sebenarnya tak kalah pentingnya.
Ratusan kilo di tempuh semalam, esoknya dapat kartu tanda masuk ruangan orang penting.
Di dalam ruangan tersebut, pemuda itu hanya bisa diam, memahami keadaan dan sesekali berpikir ulang tentang apa yang sedang ia lakukan.
Tampaknya ada rasa kecewa, terlihat dari raut wajahnya yang mulai layu, menyimpan sejuta ragu.
Setelah keluar ruangan, berkumpul dengan mahasiswa pelatjur dia mulai memposisikan sebagai seolah seperti pelatjur juga.
Bercengkrama dengan para pelancong pelatjur memang tak seasik bersenggama dengan pelacur muda, tak tahan akan suasana, pemuda itu sering mengelak dari percakapan serius.
Sampai tiba waktunya pulang ternyata bunga yang di gadaikan tak ada imbal balik, bodohnya lagi sesampainya di kebun bunga tak ada pupuk atau sekedar air yang bisa menyuburkan tanaman.
Sekian.

0 komentar:

Posting Komentar