Kamis, 05 November 2015

Tashawwuf Falsafi “Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud”



BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
            Dalam perkembangan Ilmu Tasawwuf,memang tidak ditemukan ayat yang menunjuk adanya perintah Tasawwuf.Namun,dalam berbagai versi ayat ditemukan juga dorongan untuk mengamalkan bagian-bagian dari ajaran Tasawwuf,seperti tawakkal (Q.S.3;159),perintah Zuhd (Q.S.12;20),Sabr (Q.S.16;42) dan lain-lain.Perkembangan Ilmu Tasawwuf sebagai ilmu yang menekankan pada aspek spiritualitas semakin berkembang pasca wafatnya Nabi sawyang bersumber dari hati.Setelah itu,mulailah para ahli zuhd satu sama lain saling mendekat dalam kelompok-kelompok terbatas melalui kezuhdan dan ketaatan.
            Seiring datangnya abad IV H,tasawwuf berubah kedalam kelompok teoritis,dengan mengkaji alam dan berkontemplasi mengenai wujud Allah.Jadilah kontemplasi rasional ini sebagai jalan seorang sufi menuju Allah,sebagaimana tujuan seorang sufi bukan lagi fana’,melainkan ittihad (bersatu),kemudian doktrin al-hulul yang merupakan perkembangan dari ittihad,dan lalu berkembang menjadi wahdatul wujud yang merupakan perluasan dari konsepsi al-hulul.Tasawuf Falsafi yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis fdan visi rasional pengasasnya.Berbeda dengan Tasawuf Akhlaqi,tasawuf ini menggunakan terminology filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi tokohnya
            Denganlatarbelakangmasalahdiatas,makapenulisakanmengambiltematasawwuffalsafi : Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud

B.Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Tasawwuf Falsafi?
2.      Apa pengertian  Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud?
3.      Bagaimana perkembangan Tasawwuf Falsafi “Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud” dalam perkembangan Ilmu Tasawwuf?




BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Tasawwuf Falsafi
          Tasawwuf adalah sebagai salah satu tipe mistisisme,dalam bahasa inggris disebut sufisme.Kata Tasawuf mulai dipercakapkan sebagai istilah pada akhir abad II H,yang didasarkan pada kebiasaan memekai pakaian kasar sederhana oleh kaum zahid pada masa itu yang terbuat dari Wool kasar atau Shuuff(صوف).Pakaian berkarakteristik serupa juga sudah dipakai sebelum datangnya islam.[1]Kalau dalam pencarian akar kata Tasawwuf sebagai upaya awal untuk pendefinisian tasawuf,ternyata sulit untuk menarik satu kesimpulan yang tepat,kesulitan serupa ternyata dijumpai pula pada pendefinisian tasawuf sebagaiman halnya dalam mendefinisikan filsafat atau mistisisme[2].Dan kata Falsafi berasal dari bahasa Yunani yang erat kaitannya dengan kata Filsafat ,segala sesuatu yang berkaitan dengan akal,atau  teori yang mendasari alam pikiran,yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.Jadi,Tasawwuf Falsafi adalah Ilmu Tasawwuf ,ditempuh dengan cara mengungkap Akidah Islam menggunakan akalnya,dan menjadikan Filsafat sebagai jembatan agama dan Filsafat.
          Di dalam tasawuf falsafi,metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi.Kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjolkan pada segi prektis (يلمعا),sedangkan tasawuf falsafi menonjol pada segi teoritis (رطنا),sehingga dalam konsep tasawuf ini lebih mengedepankan asas rasio dengan pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam.   Pemaduan antara unsur tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf filosofis telah membuat ajaran tasawuf aliran ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat diluar Islam seperti Yunani, Persia, India, dan agama nasrani. Meskipun demilian orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap terpelihara. Ciri umum dari aliran filosofis antara lain banyak ungkapan dan istilah yang digunakan samar-samar terkadang hanya dipahami oleh kalangan tertentu, terutama yang memahami dan mendalami ajaran tasawuf jenis ini, sehingga tasawuf filosofis tidak dapat dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metode didasarkan pada rasa (dzanq), begitu juga sebaliknya tidak dapat dikatagorikan kepada tasawuf dalam pengertian murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat.

B.Pengertian Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud
          1.Pengertian Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud
          Tasawuf Falsafi yang menjadikan akal sebagai landasan bertasawuf dikembangkan oleh Filsuf muslim yang juga merupakan seorang sufi.Mereka berpandangan tentang Tuhan tidak hanya terbatas seperti pendapat mutakallimin,tetapi mereka berpendapat bahwa Dzat Tuhan adalah sumber dari segala keindahan dan kesempurnaan,juga diyakini Tuhan adalah sumber kekuatan,daya-iradat yang mutlak dan semua dapat diungkap oleh akal manusia.
1.Hulul
Hulul merupakan salah satu konsep didalam Tasawuf Falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara Sang Kholiq dengan Makhlik-Nya.Hulul merupakan perkembangan lanjut dari paham Ittihad yang disusun oleh Husein Ibn Mansur Al-Hallaj (w.308 H).Secara singkatnya ,hulul adalah Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu,yaitu manusia yang telah membersihkan dirinya dari sifat kemanusiaannya melalui fana’ atau  ekstase.Menurut al-Hallaj,manusia memiliki sifat dasar yang ganda,yaitu sifat ke-Tuhan-an atau lahut,dan sifat dasar kemanusiaan atau nasut.Demikian Tuhan juga memiliki sifat ganda,yaitu Illahiyat atau lahut,dan Insaniyah atau nasut.
Teori ini (lahut dan nasut),berawal dari pemahamannya tentang proses kejadian manusia.Beliau berpendapat bahwa Adam merupakan Copy dari diri-Nya –shurah min nafsih-dengan segala kebesaran-Nya.Ia tuangkan dalam Syairnya
سبحان من اظهر ناسوته
  سرسنا لاهوته الثاقب
 ثم بداء في خلقه ظاهرا
  في صورة الاكل والشارب

Maha Suci Dzat yang menampak kannasut-Nya,
Seiringcemerlanbersamanasut-Nya.
Demikianpadumakhluk-Nya pun terlihatNyata,
Sepertimanusia yang makandanminumlayaknya.
Ungkapan diatas didasarkan oleh al-Hallajpada Q.S al-Baqarah:34
          ManusiadiciptakanTuhansesuaidengancitra-Nya,makamaknaperpaduanituadalahmunculnyacitraTuhankedalamcitra-Nya yang adapadadalamdirimanusia,bukanhubunganmanusiadenganTuhansecarariel.Dansangattidaklogis pula apabilaseorangsufi yang disepanjangusianyamerindukandanmencariTuhan,mengakudirinyasebagaiTuhan.
2.Al-Ittihad,
     Sebelum pada tahap ittihad,Al-Fana’ menjadi tahap terpenting untuk memahami tasawuf falsafi.Al-Fana’ menurut Abu Yazid,manusia yang pada hakikatnya seesensi dengan allah,dapat bersatu dengan-Nya apabila ia mamu meleburkan eksistensi(keberadaannya) sebagai suatu pribadi sehingga ia tak menyadari pribadinya(fana’an nafs).Ittihad merupakan doktrin yang menyimpang dimana didalamnya terjadi proses pemaksaan antara dua eksistensi.Berasal dari kata Wahd atau  Wahdah yang berarti satu atau tunggal.Jadi Ittihad artinya ,bersatunya manusia dengan Tuhan.

فناؤه عن نفسه وعن الخلق بزوال احساسه وبهم.فنفسه موجدة والخلق موجدولكن لاعلم له بهم ولابه

Fananya sseorang dari dirinya dan dari makhluk lainnya terjadi karena hilangnya kesadaran seseorang dari dirinya dan dari makhluk lainnya itu.Sebenarnya dirinya tetap ada tetapi ia tidak sadar dengan dirinya sendiri dan dengan alam sekitarnya

Apabila seorang sufi telah berada dalam keadaan fana’ dalam pengertian diatas,maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan tuhan,sehingga wujudiyahnya baqa’.Didalam perpaduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan,itulah yang dimaksud dengan Ittihad[3].Pemahaman ini timbul sebagai konsekuensi lanjut dari pendapat,bahwa jiwa manusia adalah pancaran Nur Illahi.Barang siapa yang mampu membebaskan diri dari alam lahiriahnya,atau mampu meniadakaan pribadinya dari kesadaran sebagai insane,maka ia akan memperoleh jalan kembali kepada asalnya.
     SituasiittihaditudiperjelaslagiolehBayaziddalamungkapannya : [4]

قال ياابايزيدانهم كلهم خلقي غيرك.فقلت فاناانت مانت انا

Tuhanberkata :Semuamerekakecualiengkau,adalahmakhluk-Ku.Aku pun berkata : Akuadalahengkau,engkauadalahaku

Selanjutnya Abu Yazidberkata :[5]
انى اناالله لااله الا انا فاعبدنى
“SayainilahAllah,tiadatuhanselainAku,SembahlahAku”
          Secaraharfiah,ungkapan-ungkapan Abu Yazid Al-BustamidiatasadalahpengakuandirinyasebnagaiTuhan,layaknyaapa yang dilakukanolehFir’aun.Akantetapisebenarnyabukandemikianmaksudnya.Denganucapanakuadalahengkaubukaniamaksudkanakunya Abu Yazidsendiri.Dialogdiatassejatinyaadalahsebuahmonolog.Kata-kata tersebutadalahsabdaTuhan yang disalurkanmelaluilidah Abu Yazid yang dalamkeadaanFana’annafs ,danadasaatiamenemukanhakikatjatidirinya,padasaatitulah is ber-ittihad.

3.Wahdat al-Wujud
     MuhyiddinIbnArabiadalahnamalengkapdariIbnArabi yang seringkitakenal.IbnArabilahir di spanyolpadatahun 560 H danwafatpadatahun 638 H di Damaskus,berasaldarisuku al-Taiy,saturumpun Arab al-Hatimidanberasaldarikeluarga-keluragasaleh. Wahdat al-Wujud merupakan perluasan dari konsepsi Al-Hulul,karena nasut yang ada dalam hulul ia ganti dengan khalq (makhluk),sedangkan  lahut menjadi al-Haqq(Tuhan).Keduanya merupakan dua sisi bagi segala sesuatu,dan dua aspek yang ada pada segala sesuatu.Dengan demikian,segala sesuatu mengandung aspek lahir dan aspek bathin.Renungan zauq-tasawuf yang didasarkan pada rebungan filsafat ini,timbul dari konsepsi penciptaan makhluk.Menurut Ibn Arabi,alam yang diciptakan Allah kelihatannya berbeda-beda tetapi pada tiap-tiapnya ada ,dan terdapat sifat-sifat ke-Tuhanan,dan pada hakikatnyaq,Tuhan lah yang menjadi esensi sesuatu itu.Disinilah timbul paham kesatuan wujud dengan pengertian,bahwa alam yang nampak dengan indera yang penuh dengan variasi ini,sebenarnya adalah satu.
PerkataaanIbnArabilewatsyairnya,
     Wahai pencipta segala sesuatu dalam diri-Mu,Pada-Mu terhimpun segala yang engkau jadikan,Engkau ciptakan apa yang ada dengan tak terbatas dalam diri-Mu,Sebab Engkau adalah yang unik tetapi meliputi seluruhnya”
         2.Karakteristik Tasawwuf Falsafi
            Adapun karakteristik tasawuf falsafi antara lain:
a.       Latihan rohaniah dengan rasa, intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
b.     Iluminasi atahakikat yang tersingkapdarialamgaib, misalnyasifat-sifatrabbani, ‘arasy, kursi, malaikat, wahyukenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak,dan susunan yang kosmos,terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
c.      Peristiwa-peristiwadalamalammaupunkosmosyang berpengaruhterhadapberbagaibentukkekeramatanataukeluarbiasaan.
d. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang dalamhalinitelahmelahirkanreaksimasyarakatberupamengingkarinya, menyetujuiataumenginterpretasikannya.

          3. Perkembangan Tasawwuf Falsafi “Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud” dalam perkembangan Ilmu Tasawwuf
          Sufisme Islam merupakan produk sejarah islam yang bersifat keagamaan,politik,rasional,dan rasial.Banyak faktor yang membantu pertumbuhan dan perkembangan Susisme Islam,diantaranya adalah ajaran untuk bekeja demi akhirat serta membersihkan badan dan jiwa.
          Dalam pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Tasawwuf (Sufisme Islam),periode pertumbuhan diawali dengan Tasawwuf Praktis,terjadi pada abad pertama seusai kenabian.Para ahli Zuhud telah menemukan dalam hadits-hadits nabi serta kajian Al-Qur’an tentang santapan rohani dan konservasi hati.Setelah itu,mulailah mereka (ahli Zuhd) satu sama lain saling mendekat dalam kelompok-kelompok terbatas melalui kezuhudan dan keta’atan.Al-Juneid (w.297 H) mendeskripsikan jenis Tasawwuf ini dengan ucapannya “Kami tidak bertasawwuf dari banyak ucapan,tapi dari lapar dan meninggalkan dunia.Perilaku tasawuf ini terus berkembang,dan jumlah pengikutnya semakin bertambah,sehingga muncullah teori dan kajian-kajian dikalangkan sufi pada abad ke-3 H.Mereka diantarannya Al-Muhasibi (w.243 H) dan Dzunnun Al-Mishri (w.245 H),Dimana mereka berdua mendeskripsikan tentang maqam-maqam jiwa dan ahwalnya.Kemudian muncul Abu Yazid Al-Bustami dengan fana’ nya.Tasawwuf ini berlangsung sampai akhir abad ke 3 H
          Periode kedua merupakan awal tumbuhnya Tasawwuf Teoritis,dengan mengkaji alam dan berkontemplasi mengenai wujud Allah.Jadilah Tasawwuf semacam ini sebagai jalan seorang sufi menuju Allah,bukan lagi fana’ ,melainkan ittihad (bersatu) secara sempurna dengan Dzat Tuhan.Tokoh pembesar konsep dalam Tasawwuf Falsafi adalah Husein Ibn Mansur Al-Hallaj dengan konsep Al-Hulul,Abu Yazid Al-Bustami dengan Ittihadnya,dan paham Wahdat Al-Wujud yang dicetuskan oleh Muhyi al-Din Ibn Arabi.Perkembangan konsep rasional-filosofis dipaparkan dalam paham Mu’tazilah.Mu’tazilah memperlihatkan islam sebagai agama rasio dan logika disetiap masa dan tempat,sehingga kelompok Mu’tazilah dijuluki Ahl al-‘Aql dalam persolan ilmu kalam[6].Adanya kelonggaran bagi para sufi untuk memasuki pengalaman-pengalaman kesufian puncak.Gambran ini menunjukan tasawuf sebagai ilmu telah sampai ke fase pematangan,yaitu ditandai dengan dua aliran tasawuf sunni dan tasawuf falsafi (filsafati).Pemikiran sufi filsafat Ibn Arabi tidak hanya mengungkapkan kesatuan dirinya dengan Tuhan seperti halnya konsep Abu Yazid dan al-Hallaj,tetapi ia memberikn satu pemikiran yang hampir menyerupai filsafat.Perkembangan Ilmu kalam dalam menghadapi musuh Islam dengan senjatanya yaitu argumen yang disandarkan pada rasio dan logika,sebagai pembelaan terhadap agama sekaligus menghancurkan ucapan musuh islam.PemikiranFilsafatmerasukidanmempengaruhipemikiran Islam secaraumum, dantasawufsecarakhusus, padaabad VI dan VII H. Padaabadtersebutmunculmazhabwahdatulwujuddalambentuknya yang paripurna di tangan Sufi-Filosof Andalusia, MuhyiddinIbnuArabi (wafat 628 H). Mazhabwahdatulwujudtersebardari Barat keTimurolehIbnuArabisendiridanIbnuSab’in[7].
Perkembangan Tasawuf di Indonesia pada umumnya tidak lepas dari proses pengislaman di berbagai kawasan.Karena proses tersebut tak terlepas dari peran para sufi,baik sufi pendatang,maupun dari daerah lokal.Dari sekian banyak naskah sejarah lama,dengan bahaa arab atau melayu,adalah berorientasikan sufisme.Hal lain dinyatakan melaui peran ulama aceh,hingga Walisongo di pulau Jawa.Di kawasan sumatra utara,ada empat sufi terkemuka,antara lain Hamzah Fansuri sekitar abad ke 17 M di Barus,Syamsuddin Pasai (murid Hamzah Fansuri) (w.1630 M),kemudian Nuruddin ar-Raniri (w.1644 M),serta Abd Rauf Singkel (w.1639 M).Dari keempat sufi diatas,hanya Hamzah Fansuri serta Syamsuddin Pasai yang menganut Tasawwuf Falsafi.Hali itu diketahui dari karyanya yang mengandung konsep Wahdat al-Wujud karya esoteris Ibn Arabi.Ibn Arabi adalah tokoh sufi terkenal yang berhasil merekonstruksikan pendekatan tasawwuf dengan filsafat,dalam mengkaji masalah wujud yang kemudian disatukan dalam kesatuan wujud utuh dalam ajaran wahdat al-wujud.
Tasawwuf Falsafi yang dikembangkan oleh Hamzah Fansuri ditentang oleh Abd Rauf Singkel yang diperkuat dengan dukungan dari Nuruddin ar-Raniri melalui konsepsi wahdat as-syuhud[8].

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Perenungan ketuhanan kelompok sufi dapat dikatakan sebagai reaksi terhadap corak pemikiran Teologis pada masa itu.Apabila konsep-konsep teologis-rasionalis menyebabkan posisi Tuhan sebagai keniskalaan yang logis tetapi kosong tanpa isi,maka kelompok mutakallimin tradisional menjadikan tuhan sebagai penguasa yang absolut.Disisi lain,para filosof dengan tujuan menjembatani agama dan filsafat,terpakasa mempreteli sebagian sifat-sifat Tuhan sehingga Tuhan tak mempunyai sisi kreativitas lagi.
Tokoh pencetus konsepsi Hulul adalah al-Hallaj,konsepsi Ittihad yaitu Abu Yazid Bustami,serta konsepsi Wahdat al-Wujud yaitu Ibn Arabi




DAFTAR PUSTAKA

Anshori,M Afif.2004.Tasawuf Falsafi Syekh Hamzah Fansuri.Jogjakarta : Gelombang Pasang
Fattah Sayyid Ahmad. Abdul.2005. Tasawuf antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah.Jakarta: KHALIFA.
Isma’il,Fu’ad Farid,Abdul Hamid Mutawalli.2012.Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam).Jogjakarta : IRCiSoD.
Nasution,Harun.1978.Falsafa dan Mistisisme Dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang.
Siregar, A. Rivay.1999.Tasawuf,dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.





[1] Prof. H. A. Rivay Siregar,Tasawuf,dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada),1999,hlm.31
[2]Ibid,hlm.34
[3]Ibid,hlm.152
[4]HarunNasution,FalsafadanMistisismeDalam Islam,(Jakarta:BulanBintang),1978,hlm.85
[5] Prof. H. A. Rivay Siregar,Op.cit,hlm.154
[6]Dr,Fu’ad Farid Isma’il & Dr.Abdul Hamid Mutawalli,Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan Islam),(Jogjakarta : IRCiSoD),2012,hlm.163
[7]Fattah Sayyid Ahmad. Abdul, Tasawuf antara Al-Ghazali & Ibnu Taimiyah,(Jakarta: KHALIFA), 2005
[8]Prof. H. A. Rivay Siregar,Op.cit,hlm.225

0 komentar:

Posting Komentar