BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam perkembangan
Ilmu Tasawwuf,memang tidak ditemukan ayat yang menunjuk adanya perintah
Tasawwuf.Namun,dalam berbagai versi ayat ditemukan juga dorongan untuk
mengamalkan bagian-bagian dari ajaran Tasawwuf,seperti tawakkal
(Q.S.3;159),perintah Zuhd (Q.S.12;20),Sabr (Q.S.16;42) dan
lain-lain.Perkembangan Ilmu Tasawwuf sebagai ilmu yang menekankan pada aspek
spiritualitas semakin berkembang pasca wafatnya Nabi sawyang bersumber
dari hati.Setelah itu,mulailah para ahli zuhd satu sama lain saling mendekat dalam
kelompok-kelompok terbatas melalui kezuhdan dan ketaatan.
Seiring datangnya
abad IV H,tasawwuf berubah kedalam kelompok teoritis,dengan mengkaji alam dan
berkontemplasi mengenai wujud Allah.Jadilah kontemplasi rasional ini sebagai
jalan seorang sufi menuju Allah,sebagaimana tujuan seorang sufi bukan lagi fana’,melainkan
ittihad (bersatu),kemudian doktrin al-hulul yang merupakan
perkembangan dari ittihad,dan lalu berkembang menjadi wahdatul wujud
yang merupakan perluasan dari konsepsi al-hulul.Tasawuf Falsafi yang
ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis fdan visi rasional
pengasasnya.Berbeda dengan Tasawuf Akhlaqi,tasawuf ini menggunakan terminology
filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari berbagai macam ajaran
filsafat yang telah mempengaruhi tokohnya
Denganlatarbelakangmasalahdiatas,makapenulisakanmengambiltematasawwuffalsafi
: Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud
B.Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Tasawwuf Falsafi?
2.
Apa
pengertian Hulul,Ittihad dan Wahdat
al-Wujud?
3.
Bagaimana
perkembangan Tasawwuf Falsafi “Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud” dalam
perkembangan Ilmu Tasawwuf?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Tasawwuf Falsafi
Tasawwuf adalah
sebagai salah satu tipe mistisisme,dalam
bahasa inggris disebut sufisme.Kata
Tasawuf mulai dipercakapkan sebagai istilah pada akhir abad II H,yang
didasarkan pada kebiasaan memekai pakaian kasar sederhana oleh kaum zahid pada
masa itu yang terbuat dari Wool kasar atau Shuuff(صوف).Pakaian
berkarakteristik serupa juga sudah dipakai sebelum datangnya islam.[1]Kalau
dalam pencarian akar kata Tasawwuf sebagai upaya awal untuk pendefinisian
tasawuf,ternyata sulit untuk menarik satu kesimpulan yang tepat,kesulitan
serupa ternyata dijumpai pula pada pendefinisian tasawuf sebagaiman halnya
dalam mendefinisikan filsafat atau mistisisme[2].Dan kata Falsafi berasal dari bahasa Yunani yang erat kaitannya
dengan kata Filsafat ,segala sesuatu yang berkaitan dengan akal,atau teori yang mendasari alam pikiran,yang
berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.Jadi,Tasawwuf Falsafi
adalah Ilmu Tasawwuf ,ditempuh dengan cara mengungkap Akidah Islam menggunakan
akalnya,dan menjadikan Filsafat sebagai jembatan agama dan Filsafat.
Di dalam tasawuf
falsafi,metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf
salafi.Kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjolkan pada segi prektis (يلمعا),sedangkan tasawuf falsafi menonjol pada segi
teoritis (رطنا),sehingga dalam konsep tasawuf ini lebih mengedepankan asas
rasio dengan pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan kedalam
kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam. Pemaduan
antara unsur tasawuf dan filsafat dalam ajaran tasawuf filosofis telah membuat
ajaran tasawuf aliran ini bercampur dengan sejumlah ajaran filsafat diluar Islam
seperti Yunani, Persia, India, dan agama nasrani. Meskipun demilian
orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap terpelihara. Ciri umum dari aliran
filosofis antara lain banyak ungkapan dan istilah yang digunakan samar-samar
terkadang hanya dipahami oleh kalangan tertentu, terutama yang memahami dan
mendalami ajaran tasawuf jenis ini, sehingga tasawuf filosofis tidak dapat
dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metode didasarkan pada rasa
(dzanq), begitu juga sebaliknya tidak dapat dikatagorikan kepada tasawuf dalam
pengertian murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa filsafat.
B.Pengertian Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud
1.Pengertian
Hulul,Ittihad dan Wahdat al-Wujud
Tasawuf Falsafi yang menjadikan akal sebagai landasan bertasawuf dikembangkan
oleh Filsuf muslim yang juga merupakan seorang sufi.Mereka berpandangan tentang
Tuhan tidak hanya terbatas seperti pendapat mutakallimin,tetapi mereka
berpendapat bahwa Dzat Tuhan adalah sumber dari segala keindahan dan
kesempurnaan,juga diyakini Tuhan adalah sumber kekuatan,daya-iradat yang mutlak
dan semua dapat diungkap oleh akal manusia.
1.Hulul
Hulul
merupakan salah satu konsep didalam Tasawuf Falsafi yang meyakini terjadinya
kesatuan antara Sang Kholiq dengan Makhlik-Nya.Hulul merupakan perkembangan
lanjut dari paham Ittihad yang disusun oleh Husein Ibn Mansur Al-Hallaj (w.308
H).Secara singkatnya ,hulul adalah Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia
tertentu,yaitu manusia yang telah membersihkan dirinya dari sifat
kemanusiaannya melalui fana’ atau ekstase.Menurut al-Hallaj,manusia memiliki
sifat dasar yang ganda,yaitu sifat ke-Tuhan-an atau lahut,dan sifat
dasar kemanusiaan atau nasut.Demikian Tuhan juga memiliki sifat
ganda,yaitu Illahiyat atau lahut,dan Insaniyah atau nasut.
Teori
ini (lahut dan nasut),berawal dari pemahamannya tentang proses kejadian
manusia.Beliau berpendapat bahwa Adam merupakan Copy dari diri-Nya –shurah
min nafsih-dengan segala kebesaran-Nya.Ia tuangkan dalam Syairnya
سبحان من اظهر ناسوته
سرسنا لاهوته الثاقب
ثم بداء في خلقه ظاهرا
في صورة الاكل والشارب
Maha Suci Dzat yang menampak kannasut-Nya,
Seiringcemerlanbersamanasut-Nya.
Demikianpadumakhluk-Nya pun terlihatNyata,
Sepertimanusia yang makandanminumlayaknya.
Ungkapan diatas didasarkan oleh al-Hallajpada Q.S al-Baqarah:34
ManusiadiciptakanTuhansesuaidengancitra-Nya,makamaknaperpaduanituadalahmunculnyacitraTuhankedalamcitra-Nya
yang
adapadadalamdirimanusia,bukanhubunganmanusiadenganTuhansecarariel.Dansangattidaklogis
pula apabilaseorangsufi yang disepanjangusianyamerindukandanmencariTuhan,mengakudirinyasebagaiTuhan.
2.Al-Ittihad,
Sebelum pada tahap ittihad,Al-Fana’
menjadi tahap terpenting untuk memahami tasawuf falsafi.Al-Fana’ menurut Abu
Yazid,manusia yang pada hakikatnya seesensi dengan allah,dapat bersatu
dengan-Nya apabila ia mamu meleburkan eksistensi(keberadaannya) sebagai suatu
pribadi sehingga ia tak menyadari pribadinya(fana’an nafs).Ittihad
merupakan doktrin yang menyimpang dimana didalamnya terjadi proses pemaksaan
antara dua eksistensi.Berasal dari kata Wahd atau Wahdah yang berarti satu atau tunggal.Jadi
Ittihad artinya ,bersatunya manusia dengan Tuhan.
فناؤه عن نفسه وعن الخلق بزوال احساسه
وبهم.فنفسه موجدة والخلق موجدولكن لاعلم له بهم ولابه
Fananya sseorang dari dirinya dan dari makhluk lainnya
terjadi karena hilangnya kesadaran seseorang dari dirinya dan dari makhluk
lainnya itu.Sebenarnya dirinya tetap ada tetapi ia tidak sadar dengan dirinya
sendiri dan dengan alam sekitarnya
Apabila seorang sufi telah berada dalam keadaan fana’
dalam pengertian diatas,maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan
tuhan,sehingga wujudiyahnya baqa’.Didalam perpaduan itu ia menemukan
hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari Tuhan,itulah yang
dimaksud dengan Ittihad[3].Pemahaman ini
timbul sebagai konsekuensi lanjut dari pendapat,bahwa jiwa manusia adalah
pancaran Nur Illahi.Barang siapa yang mampu membebaskan diri dari alam
lahiriahnya,atau mampu meniadakaan pribadinya dari kesadaran sebagai
insane,maka ia akan memperoleh jalan kembali kepada asalnya.
SituasiittihaditudiperjelaslagiolehBayaziddalamungkapannya
: [4]
قال
ياابايزيدانهم كلهم خلقي غيرك.فقلت فاناانت مانت انا
Tuhanberkata
:Semuamerekakecualiengkau,adalahmakhluk-Ku.Aku pun berkata :
Akuadalahengkau,engkauadalahaku
Selanjutnya Abu Yazidberkata
:[5]
انى اناالله
لااله الا انا فاعبدنى
“SayainilahAllah,tiadatuhanselainAku,SembahlahAku”
Secaraharfiah,ungkapan-ungkapan
Abu Yazid Al-BustamidiatasadalahpengakuandirinyasebnagaiTuhan,layaknyaapa yang
dilakukanolehFir’aun.Akantetapisebenarnyabukandemikianmaksudnya.Denganucapanakuadalahengkaubukaniamaksudkanakunya
Abu Yazidsendiri.Dialogdiatassejatinyaadalahsebuahmonolog.Kata-kata
tersebutadalahsabdaTuhan yang disalurkanmelaluilidah Abu Yazid yang dalamkeadaanFana’annafs ,danadasaatiamenemukanhakikatjatidirinya,padasaatitulah
is ber-ittihad.
3.Wahdat al-Wujud
MuhyiddinIbnArabiadalahnamalengkapdariIbnArabi yang
seringkitakenal.IbnArabilahir di spanyolpadatahun 560 H danwafatpadatahun 638 H
di Damaskus,berasaldarisuku al-Taiy,saturumpun Arab
al-Hatimidanberasaldarikeluarga-keluragasaleh. Wahdat al-Wujud merupakan
perluasan dari konsepsi Al-Hulul,karena nasut yang ada dalam hulul ia ganti
dengan khalq (makhluk),sedangkan
lahut menjadi al-Haqq(Tuhan).Keduanya merupakan dua sisi bagi segala
sesuatu,dan dua aspek yang ada pada segala sesuatu.Dengan demikian,segala
sesuatu mengandung aspek lahir dan aspek bathin.Renungan
zauq-tasawuf yang didasarkan pada rebungan filsafat ini,timbul dari konsepsi
penciptaan makhluk.Menurut Ibn Arabi,alam yang diciptakan Allah kelihatannya
berbeda-beda tetapi pada tiap-tiapnya ada ,dan terdapat sifat-sifat
ke-Tuhanan,dan pada hakikatnyaq,Tuhan lah yang menjadi esensi sesuatu itu.Disinilah
timbul paham kesatuan wujud dengan pengertian,bahwa alam yang nampak
dengan indera yang penuh dengan variasi ini,sebenarnya adalah satu.
PerkataaanIbnArabilewatsyairnya,
“Wahai
pencipta segala sesuatu dalam diri-Mu,Pada-Mu terhimpun segala yang engkau
jadikan,Engkau ciptakan apa yang ada dengan tak terbatas dalam diri-Mu,Sebab
Engkau adalah yang unik tetapi meliputi seluruhnya”
2.Karakteristik Tasawwuf Falsafi
Adapun karakteristik tasawuf falsafi
antara lain:
a.
Latihan rohaniah dengan rasa,
intuisi, serta intropeksi diri yang timbul dari dirinya.
b. Iluminasi atahakikat yang
tersingkapdarialamgaib, misalnyasifat-sifatrabbani, ‘arasy, kursi, malaikat,
wahyukenabian, ruh, hakikat realitas segala yang wujud, yang gaib maupun yang nampak,dan
susunan yang kosmos,terutama tentang penciptanya serta penciptaannya.
c. Peristiwa-peristiwadalamalammaupunkosmosyang
berpengaruhterhadapberbagaibentukkekeramatanataukeluarbiasaan.
d. Penciptaan ungkapan-ungkapan yang pengertiannya
sepintas samar-samar (syatahiyyat) yang
dalamhalinitelahmelahirkanreaksimasyarakatberupamengingkarinya,
menyetujuiataumenginterpretasikannya.
3. Perkembangan Tasawwuf Falsafi “Hulul,Ittihad
dan Wahdat al-Wujud” dalam perkembangan Ilmu Tasawwuf
Sufisme Islam merupakan produk sejarah
islam yang bersifat keagamaan,politik,rasional,dan rasial.Banyak faktor yang
membantu pertumbuhan dan perkembangan Susisme Islam,diantaranya adalah ajaran
untuk bekeja demi akhirat serta membersihkan badan dan jiwa.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan
Ilmu Tasawwuf (Sufisme Islam),periode pertumbuhan diawali dengan Tasawwuf
Praktis,terjadi pada abad pertama seusai kenabian.Para ahli Zuhud telah
menemukan dalam hadits-hadits nabi serta kajian Al-Qur’an tentang santapan
rohani dan konservasi hati.Setelah itu,mulailah mereka (ahli Zuhd) satu sama
lain saling mendekat dalam kelompok-kelompok terbatas melalui kezuhudan dan
keta’atan.Al-Juneid (w.297 H) mendeskripsikan jenis Tasawwuf ini dengan
ucapannya “Kami tidak bertasawwuf dari banyak ucapan,tapi dari lapar dan
meninggalkan dunia.Perilaku tasawuf ini terus berkembang,dan jumlah pengikutnya
semakin bertambah,sehingga muncullah teori dan kajian-kajian dikalangkan sufi
pada abad ke-3 H.Mereka diantarannya Al-Muhasibi (w.243 H) dan Dzunnun
Al-Mishri (w.245 H),Dimana mereka berdua mendeskripsikan tentang maqam-maqam
jiwa dan ahwalnya.Kemudian muncul Abu Yazid Al-Bustami dengan fana’
nya.Tasawwuf ini berlangsung sampai akhir abad ke 3 H
Periode kedua merupakan awal
tumbuhnya Tasawwuf Teoritis,dengan mengkaji alam dan berkontemplasi mengenai
wujud Allah.Jadilah Tasawwuf semacam ini sebagai jalan seorang sufi menuju
Allah,bukan lagi fana’ ,melainkan ittihad (bersatu) secara
sempurna dengan Dzat Tuhan.Tokoh pembesar konsep dalam Tasawwuf Falsafi adalah
Husein Ibn Mansur Al-Hallaj dengan konsep Al-Hulul,Abu Yazid Al-Bustami
dengan Ittihadnya,dan paham Wahdat Al-Wujud yang dicetuskan oleh
Muhyi al-Din Ibn Arabi.Perkembangan konsep rasional-filosofis dipaparkan dalam
paham Mu’tazilah.Mu’tazilah memperlihatkan islam sebagai agama rasio dan logika
disetiap masa dan tempat,sehingga kelompok Mu’tazilah dijuluki Ahl al-‘Aql dalam
persolan ilmu kalam[6].Adanya
kelonggaran bagi para sufi untuk memasuki pengalaman-pengalaman kesufian
puncak.Gambran ini menunjukan tasawuf sebagai ilmu telah sampai ke fase
pematangan,yaitu ditandai dengan dua aliran tasawuf sunni dan tasawuf falsafi
(filsafati).Pemikiran sufi filsafat Ibn Arabi tidak hanya mengungkapkan
kesatuan dirinya dengan Tuhan seperti halnya konsep Abu Yazid dan
al-Hallaj,tetapi ia memberikn satu pemikiran yang hampir menyerupai filsafat.Perkembangan
Ilmu kalam dalam menghadapi musuh Islam dengan senjatanya yaitu argumen yang
disandarkan pada rasio dan logika,sebagai pembelaan terhadap agama sekaligus
menghancurkan ucapan musuh islam.PemikiranFilsafatmerasukidanmempengaruhipemikiran Islam
secaraumum, dantasawufsecarakhusus, padaabad VI dan VII H.
Padaabadtersebutmunculmazhabwahdatulwujuddalambentuknya
yang paripurna di tangan Sufi-Filosof Andalusia, MuhyiddinIbnuArabi (wafat 628
H). Mazhabwahdatulwujudtersebardari
Barat keTimurolehIbnuArabisendiridanIbnuSab’in[7].
Perkembangan
Tasawuf di Indonesia pada umumnya tidak lepas dari proses pengislaman di
berbagai kawasan.Karena proses tersebut tak terlepas dari peran para sufi,baik
sufi pendatang,maupun dari daerah lokal.Dari sekian banyak naskah sejarah
lama,dengan bahaa arab atau melayu,adalah berorientasikan sufisme.Hal lain dinyatakan
melaui peran ulama aceh,hingga Walisongo di pulau Jawa.Di kawasan sumatra
utara,ada empat sufi terkemuka,antara lain Hamzah Fansuri sekitar abad ke 17 M
di Barus,Syamsuddin Pasai (murid Hamzah Fansuri) (w.1630 M),kemudian Nuruddin
ar-Raniri (w.1644 M),serta Abd Rauf Singkel (w.1639 M).Dari keempat sufi
diatas,hanya Hamzah Fansuri serta Syamsuddin Pasai yang menganut Tasawwuf
Falsafi.Hali itu diketahui dari karyanya yang mengandung konsep Wahdat al-Wujud
karya esoteris Ibn Arabi.Ibn Arabi adalah tokoh sufi terkenal yang berhasil
merekonstruksikan pendekatan tasawwuf dengan filsafat,dalam mengkaji masalah
wujud yang kemudian disatukan dalam kesatuan wujud utuh dalam ajaran wahdat
al-wujud.
Tasawwuf
Falsafi yang dikembangkan oleh Hamzah Fansuri ditentang oleh Abd Rauf Singkel
yang diperkuat dengan dukungan dari Nuruddin ar-Raniri melalui konsepsi wahdat
as-syuhud[8].
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Perenungan ketuhanan kelompok sufi dapat dikatakan sebagai reaksi
terhadap corak pemikiran Teologis pada masa itu.Apabila konsep-konsep
teologis-rasionalis menyebabkan posisi Tuhan sebagai keniskalaan yang logis
tetapi kosong tanpa isi,maka kelompok mutakallimin tradisional menjadikan tuhan
sebagai penguasa yang absolut.Disisi lain,para filosof dengan tujuan
menjembatani agama dan filsafat,terpakasa mempreteli sebagian sifat-sifat Tuhan
sehingga Tuhan tak mempunyai sisi kreativitas lagi.
Tokoh pencetus konsepsi Hulul adalah al-Hallaj,konsepsi Ittihad
yaitu Abu Yazid Bustami,serta konsepsi Wahdat al-Wujud yaitu Ibn Arabi
DAFTAR PUSTAKA
Anshori,M
Afif.2004.Tasawuf Falsafi Syekh Hamzah Fansuri.Jogjakarta : Gelombang
Pasang
Isma’il,Fu’ad
Farid,Abdul Hamid Mutawalli.2012.Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan
Islam).Jogjakarta : IRCiSoD.
Nasution,Harun.1978.Falsafa
dan Mistisisme Dalam Islam.Jakarta:Bulan Bintang.
Siregar, A.
Rivay.1999.Tasawuf,dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme.Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada.
[1] Prof. H. A. Rivay Siregar,Tasawuf,dari Sufisme Klasik ke
Neo-Sufisme,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada),1999,hlm.31
[4]HarunNasution,FalsafadanMistisismeDalam Islam,(Jakarta:BulanBintang),1978,hlm.85
[6]Dr,Fu’ad Farid Isma’il & Dr.Abdul Hamid Mutawalli,Cara Mudah
Belajar Filsafat (Barat dan Islam),(Jogjakarta : IRCiSoD),2012,hlm.163
[8]Prof. H. A. Rivay Siregar,Op.cit,hlm.225
0 komentar:
Posting Komentar