Baru Tahun
Hari ini bertepatan dengan tahun
baru islam. Pagi, ada yang mengetok-ngetok pintu kamar kosku. Setelah beberapa
kali baru aku buka, jam segitu aku masih molor jadi terlambat mendengar dan
merespon ketukan pintu. Pintu saya buka dengan mata sedikit masih tertutup,
nyawa belum sepenuhnya kembali.
“eh, onopo mam?” tanyaku dengan lirih, “ayo
im, di ewangi ngusungi barang neng ngisor”, “ok ok mam, aku tak mbalekno nyowo
disik” jawabku sambil kembali ke kasur merebahkan badan lagi, “ya, tak nteni
lho,,,, mobile wes nunggu”.
Aku kembali tidur beberapa menit,
setelah mendengar anak-anak kosku ramai
bekerja bakti membersihkan area sekitar ko,s baru aku terbangun dan menyapanya.
Aku ingat ajakan imam untuk membantu memindahkan barang, segera aku ke lantai
bawah untuk membantu. Eh, ternyata barangnya sudah ada di mobil semua. Aku
berhenti di tangga dekat parker dan duduk melihat imam yang mau kembali
meneruskan ke kem baru PMII rayon Ushuluddin.
“lho, wes bar mam? Tanyaku. “wes,
ran dang gage kuwe kog”, “nyawaku during balek mau”, “ono goncekkan moro kem
ra?”, “melu mobil”, “ah, y owes nek ra ono”. Imam, pak rayon, pak sekertaris
rayon, pak wakil coordinator department kajian dan wacana bersamaan mengiringi
mobil menuju kem baru.
Aku sempat berfikir, ini kenapa kog
pada rajin amat. Pagi-pagi sudah pada bersih-bersih, kompak lagi. Baru pertama
kali aku melihat bersih bersama anak kos atas dan bawah. Baru aku ingat, oh
ternyata ini tahun baru islam, mungkin karna momen tahun baru inilah anak-anak
ingin membersihkan kos, membersihkan diri, membersihkan kenangan buruk tahun
lalu dan menatap masa depan dengan kebersihan dan semangat suci suci, hehehe
kaya idul fitri aja. Yaaaaa, itu itu hanya pikirku saja belum tentu
kebenaranya.
Aku ikut nimbrung anak atas yang
membersihkan depan kamar kos, tepatnya di selokan pinggir jalan. Ternyata aku
sudah tidak kebagian jatah memegang apapun hanya melihat mas najib gendut
menyapu dengan penuh semangat, mas lutfi yang sibuk mencari tanaman untuk di
budidayakan tapi ternyata gak berhasil. Pak ketum KAMARESA yang lagi sibuk
menyerok sampah dan membawa ke tempat pembuangan. Aku jadi penonton, ah,,,,,, muncul fikiran, mending membersihkan
kamarku sendiri yang super duper kotornya. Segera aku menuju ke kamar melihat
kekotoran yang sungguh luar biyasa.
Kamar macam apa ini? Pikirku.
Sawang ada dimana-mana, kertas Koran berserakan, piring, sendok, mejikom, tivi,
kertas makalah, botol minuman besar dan kecil, sound system kecil, buku bacaan
tebal maupun tipis, baju kotor, bantal kotor, putung rokok berserakan, gas yang
biyasanya di pakai muncak, toples, cat warna dan kuasku, kecap, caos, kabel,
ces netbook, ces hape, helem, kardus, tenda,
handuk, bendera, tiker, banner, dan semua barang yang tampak semrawut di
dalam ruangan empat kali dua setengah meter ini. Sungguh luar biyasa
kekotoranya.
Sempat aku bingung mau mulai dari
mana membersihkan model kamar seperti ini. Aku putuskan mengumpulkan banyak
berbagai Koran kompas, suara merdeka, wawasan dan Koran lokaln Semarang yang
lain berserakan segera aku ambil dan kumplkan untuk segera buang ke tempat
sampah. Setelah Koran selesai baju-baju menumpuk yang tak jelas kepunyaan siapa
aku jadikan satu ku taruh di luar pintu kamar. Selanjutnya ku sapu semua hingga
masih tampak tidak bersih. Tapi aku mulai lelah, ya sudahlah saya rasa.