Rabu, 04 November 2015

hah



hah

Hah, aku muak dengan hidup. Merasa bersalah dalam kondisi apapun hinggap menghantui dan menekan jiwa ini sampai rasanya letih dan tak bersemangat hidup. Ingin aku tidur panjang, namun aku sadar aku tak akan bisa tidur dan itu tidak akan menyelesaikan masalah yang begitu banyaknya.
Tuhan, engkau di mana? Aku ingin misuh padamu.  Aku sadar, hambamu ini seorang yang tidak bisa di bilang patuh pada perintahmu. Maka silahkan saja kau buat hambamu ini cobaan yang menjengkelkan dan berat. Aku ingin petunjuk, pertolongan serta kasih sayangmu padaku ya allah. Setelah aku ingin marah padamu, peluklah aku, bawa aku dalam keagunganmu.
Hambamu ini sudah merasa keberatan dengan semua ini,  hambamu ini ingin mempunyai ilmu mu ya tuhanku.

tak kan letih



Tak kan letih

Satu ungkapan yang ingin aku katakana adalah “aku tak akan letih”, beberapa lubang yang sama telah aku masuki dan kini aku tak mau lagi. Merasa bahwa tidak pernah menyelesaikan sesuatu itu wajar karna memang nyatanya aku tak bisa menyelesaiikan sesuatu dengan sempurna dan tepat waktu. Sejak lulus sekolah Madrasah Aliyah, kondisi hidupku mulai goyah. Sebenarnya sempet ada semangat waktu aku melamar kerja di salah satu perusahaan retail terbesar di negri ini.
Aku ingat betul waktu itu, karna aku tergolong dari keluarga kurang mampu maka cita-cita pertamakali ketika lulus sekolah adalah kerja dengan tujuan bisa mencukupi diri sendiri, syukur bisa membantu keluarga. Namun tujuan tersebut tak ada yang terwujud, pertama kali kerja aku merengek pada orang tua terkhusus pada ibuku. Aku minta sejumlah uang untuk biaya hidup sekaligus pendaftaran dan transportasi di kota semarang.
Dengan susah payah ibuku mencarikan uang untukku, ketika itu semangatku menggebu, berharap bisa sukses di perantauan. Sebelum kerja, saat di perjalanan menuju semarang hatiku sangat bahagia, bisa melihat pemandangan kota yang sebelumnya tidak terlalu faham.  Sesampainya di sekitar kawasan industry tempatku training, dengan cuaca super panas, aku bersama temenku mencari kos-kosan untuk di pake menginap sementara. Wal hasil aku dapat penginapan di rumah belakang gedung  Partai Persatuan Pembangunan.
Ketika sore hari, di dalam gerbang menuju rumah, saya sempat berfoto dan berkata dalam hati bahwa suatu saat nanti aku akan kesini lagi, tak ada satu tahun aku akan berada di area ini dan akan mengingat kembali saat ini. Sehabis dari kantor training center, aku selalu berkumpul dengan teman, bercanda tawa, mengobrol kesana-kemari, tak ketinggalan pastinya ngebahas cewek.
Ketika membahas cewek, biyasanya temen-temen terlalu bersemangat, apalagi saat itu di rumah itu kebetulan juga ada anak cewek yang ngekos. Kelihatanya dia sama-sama lagi training juga di perusahaan retail terbesar di negri ini. Jadi saking semangatnya obrolan ada juga yang sampai di aplikasikan ke kenalan. Biayasa,,,, masa muda, bahkan salah satu temen rela menghabiskan uangnya demi bisa mengajak sang gebetan belanja sambil jalan. Namun tak usah aku sebutkan disini.
Setelah seminggu, ternyata uang yang di kasih ibuku menipis dan hampir habis. Sempat aku pulang ke rumah, meminta uang lagi kepada orang tua. Meski agak malu, lantaran merasa kerja masak meminta uang, seperti mondok saja. Tapi itu adalah satu-satunya jalan untukku bertahan hidup di kota, aku mulai berfikir untuk ke depan. Karna saat itu aku sering browsing bacaan sosialis, yang mengutuk praktek memperlakukan manusia sebagai bagian dari modal usaha. Maka semakin aku berontak dan tidak kerasan dalam kondisi kerja yang terlalu banyak aturan.
Walhasil, ketidak kierasananku tersebut berujung pada kepulangan sia-sia. Temanku satu persatu juga pulang kampong. Aku yang mencoba bertahan, ternya tak mampu juga melewati seleksi alam. Hanya tiga minggu aku bertahan lalu pulang dengan gelar pecundang. Rasa malu, merasa bersalah pada orang tua, rasa sesal dan semua rasa yang entah gimana tuk merasakanya lagi saat itu terlalu menyiksaku.
Karna bisa di bilang setres, aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Aku ptuskan untuk sejenak di pondok pesantren yang kebetulan saat itu bulan puasa. Aku tunggu orang tuaku reda dari kemarahan dan kekecewaan. Ternyata setrategiku berhasil, aku pulang ke rumah saat mendekati lebaran. Pas momen lebaran aku meminta maaf kepada ke dua orang tuaku smbil bercucuran air mata. Tak bisa di jelaskan dan di ungkapkan rasa itu, saat aku mencium tangan kedua orang tuaku dengan hikmat penuh harapan juga penyesalan.

tahun baru 2014



Baru Tahun

Hari ini bertepatan dengan tahun baru islam. Pagi, ada yang mengetok-ngetok pintu kamar kosku. Setelah beberapa kali baru aku buka, jam segitu aku masih molor jadi terlambat mendengar dan merespon ketukan pintu. Pintu saya buka dengan mata sedikit masih tertutup, nyawa belum sepenuhnya kembali.
 “eh, onopo mam?” tanyaku dengan lirih, “ayo im, di ewangi ngusungi barang neng ngisor”, “ok ok mam, aku tak mbalekno nyowo disik” jawabku sambil kembali ke kasur merebahkan badan lagi, “ya, tak nteni lho,,,, mobile wes nunggu”.
Aku kembali tidur beberapa menit, setelah mendengar anak-anak  kosku ramai bekerja bakti membersihkan area sekitar ko,s baru aku terbangun dan menyapanya. Aku ingat ajakan imam untuk membantu memindahkan barang, segera aku ke lantai bawah untuk membantu. Eh, ternyata barangnya sudah ada di mobil semua. Aku berhenti di tangga dekat parker dan duduk melihat imam yang mau kembali meneruskan ke kem baru PMII rayon Ushuluddin.
“lho, wes bar mam? Tanyaku. “wes, ran dang gage kuwe kog”, “nyawaku during balek mau”, “ono goncekkan moro kem ra?”, “melu mobil”, “ah, y owes nek ra ono”. Imam, pak rayon, pak sekertaris rayon, pak wakil coordinator department kajian dan wacana bersamaan mengiringi mobil menuju kem baru.
Aku sempat berfikir, ini kenapa kog pada rajin amat. Pagi-pagi sudah pada bersih-bersih, kompak lagi. Baru pertama kali aku melihat bersih bersama anak kos atas dan bawah. Baru aku ingat, oh ternyata ini tahun baru islam, mungkin karna momen tahun baru inilah anak-anak ingin membersihkan kos, membersihkan diri, membersihkan kenangan buruk tahun lalu dan menatap masa depan dengan kebersihan dan semangat suci suci, hehehe kaya idul fitri aja. Yaaaaa, itu itu hanya pikirku saja belum tentu kebenaranya.
Aku ikut nimbrung anak atas yang membersihkan depan kamar kos, tepatnya di selokan pinggir jalan. Ternyata aku sudah tidak kebagian jatah memegang apapun hanya melihat mas najib gendut menyapu dengan penuh semangat, mas lutfi yang sibuk mencari tanaman untuk di budidayakan tapi ternyata gak berhasil. Pak ketum KAMARESA yang lagi sibuk menyerok sampah dan membawa ke tempat pembuangan. Aku jadi penonton,  ah,,,,,, muncul fikiran, mending membersihkan kamarku sendiri yang super duper kotornya. Segera aku menuju ke kamar melihat kekotoran yang sungguh luar biyasa.
Kamar macam apa ini? Pikirku. Sawang ada dimana-mana, kertas Koran berserakan, piring, sendok, mejikom, tivi, kertas makalah, botol minuman besar dan kecil, sound system kecil, buku bacaan tebal maupun tipis, baju kotor, bantal kotor, putung rokok berserakan, gas yang biyasanya di pakai muncak, toples, cat warna dan kuasku, kecap, caos, kabel, ces netbook, ces hape, helem, kardus, tenda,  handuk, bendera, tiker, banner, dan semua barang yang tampak semrawut di dalam ruangan empat kali dua setengah meter ini. Sungguh luar biyasa kekotoranya.
Sempat aku bingung mau mulai dari mana membersihkan model kamar seperti ini. Aku putuskan mengumpulkan banyak berbagai Koran kompas, suara merdeka, wawasan dan Koran lokaln Semarang yang lain berserakan segera aku ambil dan kumplkan untuk segera buang ke tempat sampah. Setelah Koran selesai baju-baju menumpuk yang tak jelas kepunyaan siapa aku jadikan satu ku taruh di luar pintu kamar. Selanjutnya ku sapu semua hingga masih tampak tidak bersih. Tapi aku mulai lelah, ya sudahlah saya rasa.

menulis

MENULIS

menulis dengan baik adalah satu impianku. Berawal dari membaca tulisanya Pramoedya Ananta Toer yang “menulis adalah bekerja untuk keabadian’’ aku mulai berfikir bagaimana hidup ini tidak sia-sia. Saya rasa ketidak sia-siaan itu salah satunya adalah dengan menulis. Maka dari itu mulai sekarang aku ingin menulis, menuangkan semua yang ada dalam fikiran, nalar maupun apa yang di tangkap indera biar semua akan abadi dan bemanfaat.
                Selasa 22 9 2015, pukul 07,42 aku mulai mengetik di netbook seken hasil COD di Tugu Muda semalam. Sambil mendengarkan musik aku mencoba mengungkapkan apa yang ada di fikiran.  Pertama sudah sejak lama, keinginan menulisku tersimpan di hati. Tapi aku terlanjur berucap “kalau belom punya alat untuk menulis, aku tak akan menulis”. Karna ucapan tersebut maka selama beberapa tahun aku biarkan keinginan menulis itu menguap di dada.
                Karna sejak SMA aku belum pernah kerja yang menghasilkan uang maka hanya sekedar beli netbook atau laptop pun aku tak mampu. Salah satu usahaku adalah merengek seperti anak kecil pada orang tua. Eantah sudah beberapa kali aku melakukan lobi dengan Bapak Ibuku namun tertolak.  Karna sering tertolak pernah sesekali terlintas keinginan untuk kerja agar bisa beli alat menulis sendiri. Tapi itu gak pernah berhasil.
                Walhasil di bulan September 2015 ini aku berhasil melobi bapakku untuk membelikan netbook. Syukur alhamdulillah  aku panjatkan pada allah atas rezkinya pada orang tuaku sehingga bisa mewujudkan apa yang ku inginkan. Sebenarnya aku juga ingin menengok ke belakang, bahwa pernah saat perayaan tahun baru aku sempat menulis secarik kertas yang isinya sebuah do’a. salah satu isi do’a tersebut baru terwujud saat ini.
                 

MISTERI



Misteri

Misteri, semua orang ingin memecahkan misteri dalam hidupnya masing-masing dan setiap orang pasti punya misteri. Akupun begitu, mengejar apa yang ada dalam impianku terasa sangat berat ketika berhadapan dengan misteri.
Banyak yang berkata kalau mati, jodoh, rizki adalah misteri yang di buat tuhan untuk kita. Benarkah demikian? Pertanyaan itupun menjadi misteri untuk aku jawab. Banyak orang berkeluh kesah meratapi nasib di pinggir jalan, itu karna misteri rizkinya belum mampu terungkap. Orang yang berfoya-foya di tempat mewah itu belum bisa menemukan misteri kesadaran hati, begitupun anak yang sibuk berkaca, berusaha tampil sempurna, meski di dunia ini tak ada yang sempurna. Dia ingin memecahkan misteri mengenai siapa jodohnya.
Jodoh memang gampang-sulit untuk di temukan, menjadi pribadi yang riang, ceria kepada semua orang itu sulit bagi beberapa orang yang jarang kumpul dengan banyak teman. Setiap orang ingin mengejar jodohnya kemanapun, bahkan di dalam syair banyak yang mengatakan gunung akan kudaki lautpun kan ku arungi. Itulah ungkapan yang memang pas jikalau manusia memperjuangkan cintanya untuk bersama jodohnya mengarungi hidup di dunia yang sementara ini.
Biarpun memilih jodoh itu sulit, tapi banyak yang menganggap enteng. Buktinya banyak playboy dan playgirl, mereka itu termasuk golongan yang meremehkan jodoh, bahkan jodohnya sendiri di abaikan hanya untuk kesenangan sementara, hanya untuk menikmati hidup di masa muda. Benar sih, hidup adalah pilihan. Tapi se enggaknya kita harus meyakini bahwa jodoh terbaik bagi diri kita haruslah orang yang bersih, tanpa noda cinta palsu sedikitpun dari orang lain. Jika anda meyakini itu, ya harus menghapus pilihan untuk menjadi playgirl maupun playboy.
Cinta, ada gak ya,,, yang tidak percaya dengan cinta? Pastinya ada dong. Buktinya banyak yang berprilaku laiknya binatang. Saling memangsa, membunuh, menerkam dan prilaku yang tidak memanusiakan manusia lainya. Itu sebuah bukti jiakalau memang cinta adalah sebuah anugrah dari tuhan, jadi orang yang tidak mencinta berarti tidak dekat dengan tuhan. Meskipun dia berargumen tentang agama, jika prilakunya tidak mencerminkan manusia pecinta maka dia tidak di sebut mengenal tuhan, apalagi dekat.
Berbicara cinta tak aka nada habisnya, cinta hidup sejak manusia ada bahkan sebelum manusia ada yaitu ketika tuhan menciptakan jagat raya ini, itu atas dasar cinta dan kasih tuhan yang melekat dalam sifat agungnya.