Minggu, 15 November 2015

bualan masa lalu1

Manusia adalah makhluk yang di lempar oleh tuhan ke bumi kemudian ia hidup, belajar, bekerja, berbicara, berkarya dan akhirnya mempunyai sejarah.
Sejarah merupakan ibu dari pengetahuan manusia, hanya manusialah yang punya sejarah dan yang sanggup mempelajari sejarah. Manusia adalah pencipta dan subyek yang membentuk sejarah. Dari sekian lama perbincangan kita mengenai sejarah saya merasa semakin bodoh saja, semakin haus akan sejarah dan mungkin saat inilah seharusnya kita menciptakan sejarah namun kenapa sejarah yang kita perbincangkan saya merasa belum ada pergeseran ke arah yang lebih nyata. Kita bicara tentang Indonesia, tentang pemimpinya, tentang politik, tentang ideologi, tentang masyarakat, tentang pemuda, tentang idealisme, tentang siapa pahlawan siapa pecundang namun masih saja bimbang menemukan jalan bergerak untuk perubahan nyata. Apakah kita terus-terusan hanya berada dalam yang sering kita sebut mimpi?
Semoga saja sejarah yang kita tulis benar-nyata dan ada manfaatnya. Mari kita meneruskan sejarah untuk tetap mencintai Indonesia.
@salam pergerakan merdeka.

bualan masa lalu

Bualan sore.
Kebiasaan adalah candu, rutinitas tak lain adalah virus yang terus menggerogoti waktu.
Aku memandangi jalanan yang puluhan tahun tak kunjung berubah. Lebar 3 meter panjangnya tidak ku ukur, tapi ada yang beda dari yang dulu ketika aku memandang dari kaca jendela, pohon yang buahnya sewaktu kecil aku idam-idamkan kini telah mengering, walau hujan juga sering datang. Mungkin pohon itu sudah di panggil oleh Tuhan yang maha pengambil, semoga saja materi terhalus dari pohon yang dulu rindang selalu menyapa Tuhan dan memintakan kecukupan, kesejahteraan, kepandain bagi seluruh penduduk bumi sini.
Sambil melamun sembari menulis, aku teringat tadi pagi saat di kelas 11 lima MAN Lasem, ketika wali kelas mengumumkan yang perlu di umumkan, ada satu yang menggelitik. "Bapak-bapak, Ibu-Ibu sebelumnya minta maaf, untuk yang belum melunasi SPP dan uang Sumbangan sampai desember belum bisa mengambil rapot".
Lontaran dari pak wali kelas tersebut membuatku berfikir panjang, perasaanku mengatakan "pasti ada yang belum lunas Pembayaran SPP di kelas ini, apakah Adikku juga belum lunas?" Muncul pertanyaan dan fikiran yang nglantur ketika aku kaitkan dengan kondisi republik ini. Setelah para orang tua maju silih berganti dan ada yang belum lunas sampai di panggilnya anaknya yang lagi menunggu di luar kelas, di suruh menjelaskan mengenai ke tidak cocokan data. Setelah tiba absen huruf M, di panggillah nama adikku. Aku segera maju ke depan menghampiri pak wali kelas, di suruhnya tanda tangan dan di kasih rapot sambil berkata "sudah lunas Mas". Dari kejadian di kelas tadi menunjukkan pendidikan yang menjadi peran utama untuk membangun bangsa, nyatanya permerintah bisa di bilang tak serius menangani pendidikan di negri ini. Dengan adanya para orang tua yang masih keberatan menyekolahkan anaknya, maka bisa di bilang pemerintah tidak meringankan samasekali biaya pendidikan di negri ini.
Aku bukan orang yang suka mencaci-maki, terlebih bagi negri yang sangat ku cintai ini tapi ketika aku bejalan di trotoar dan masih banyak orang meminta, di sekolah banyak wali murid yang keberatan membayar biaya SPP, di tempat-tempat umum masih banyak tindakan kriminal, mau gimana lagi terpaksa aku mencaci para Elite Negri ini.
Sebagai pemuda, jujur aku tak tega melihat semua itu, namun aku juga membenci diri sendiri lantaran tak bisa membantu dan sedikit meringankan kesakitan bangsaku maka walaupun hanya bisa menulis di Medsos, akan tetap kulakukan.
Mungkin selagi rakyat belum terpenuhi Haknya, masih kurangnya kepdulian pemerintah pada masyarakt, pendidikan yang mahal, kesenjangan yang melebar, kemiskinan yang bertambah, keadilan yang tergadaikan masih tumbuh subur di negri ini maka tak bisa ku pungkiri diriku pribadi BENCI pada para PEMIMPIN di Negri ini.

dexstro dan tidakan amoral

ini tanggapanku atas tindakan kebrutalan di paris yang menewaskan lebih dari 150 nyawa tak berdosa yang ku posting di facebook.

Apakah dengan nguntal dexstro kamu bisa bertemu dengan yang kuasa?
Sudah sepantasnya kita semua mengecam tindakan kebrutalan, karna selain bertentangan dengan undan-undang, ajaran agama juga nilai moral yang ada pada masing-masing daerah, semua itu menunjukkan bahwa manusia masih seperti yang dulu, masih kasar, brutal, serakah, semakin agresif dan terlalu kompetitif.
Serangkaian teror di Paris yang menewaskan lebih dari 150 nyawa, hanya salah satu dari deretan panjang contoh kebrutalan manusia.
Ada yang berpendapat "saat islam di rohingya di tindas, di bunuh, di aniaya oleh penganut agama mayoritas banyak warga indonesia yg tak peduli giliran di paris ada peristiwa beginian foto profil di facebook pada di tambahi bendera prancis sebagai bentuk solidaritas"
jika kita sadar, dalam hati yang terdalam pasti tidak ada yang mendukung semua tindakan kebrutalan, entah itu di rohingya, gaza, paris maupu di dalam negri sendiri. Terkait bentuk solidaritas yang bermacam itu tidak perlu di permasalahkan jikalau memang yang kita kutuk itu satu bentuk tindakan amoral.
Jika kita mengutuk pelaku di paris maka secara tidak langsung juga mengutuk semua tindakan semacamnya, entah dimanapun itu.
Dexstro
terlepas dari apa tujuan pelaku kebrutalan itu, ibarat nguntal dexstro segenggaman tangan, di jamin akan edan.

AGAMA-AGAMA BARU DI INDONESIA



 AGAMA-AGAMA BARU DI INDONESIA

                Malam, bahkan malam sekali, pukul 01:00 16, 11, 2015. Aku tertarik pada buku Agama-Agama Baru di Indonesia yang di tulis oleh pak M. Mukhsin Jamil M.A.  Dia sekarang menjabat sebagai dekan Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang, karena dekanku sendiri juga isinya merupakan sumbangan intelektual  yang sangat berharga untuk Indonesia dari almamaterku, maka tidak ada alasan untukku untuk tidak tertarik.
                Di sampul belakang , menjelaskan bahwa karya pak Dekan ingin menunjukkan tesis sekularisasi mengenai kematian agama di era modern tidak terbukti. Malahan sekarang muncul kebangkitan agama-agama dengan berbagai varian ekspresi keagamaan. Banyak kalangan tercengang dengan munculnya berbagai aliran dan gerakan keagamaan yang “bertentangan” dengan ajaran mainstream.
                Dalam konteks Indonesia kontemporer, munculnya aliran dan gerakan keagamaan baru cukup meresahkan masyarakat, lembaga agama/ulama, bahkan merepotkan Negara. Gerakan agama baru ini merupakan tantangan yang sulit di hindari. Aliran dan gerakan lama di haramkan dan di berangus, muncul lagi aliran dan gerakan baru.
                Isi buku ini secara sederhana memetakan bentuk-bentuk  kebangkitan agama di Indonesia dalam tiga kelompok. Pertama, revitalisasi tradisionalisme yang tercermin dalam sufisme kota, Fundamentalisme dan radikalisme islam. Kedua, gerakan sepiritualitas lintas iman yang tercermin  dari fenomena Lia Eden, Brahman Kumar, dan Adnan Asram. Ketiga,  revitalisasi agama local yang tercermin dari fenomena Sunda Wiwitan, Budho Tengger, Samin, dan Subud.
                Bagi siapa yang penasaran dengan merebaknya “agama-agama baru” di Indonesia dengan berbagai varian ekspresi, ajaran, dan sikap pemerintah maupun ulama terhadapnya, maka buku ini merupakan jawabanya.
                Dalam buku ini juga di sampaikan gagasan bagaimana seharusnya  beragama dalam konteks global secara ideal. Pendekatan sosiologis yang di pakai dalam buku ini cukup menggelitik dan merangsang sahwat intelektual  dalam memperkaya wacana keagamaan secara lebih dinamis.
                Dari penyampain yang betul-betul merangsang sahwat intelektual  di  sampul belakang itu, membuatku malam ini harus membaca sekuat mata melek. Kopi, rokok, mi instan menjadi teman yang mengasyikkan. Rokok sigarilos yang besar ini cukup untuk menjadi penghibur dan penghilang rasa kantuk selain kopi hitam.
                 

               

pengantarku



Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SALAM PERGERAKAN!!!
Syukur Alhamdulillah, kami ucapkan atas terbitnya modul Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) PMII Rayon Ushuluddin Komisariat Walisongo Semarang. Sholawat serta salam selalu kami lantunkan kepada nabi Muhammad Saw, pembawa peradaban yang memanusiakan manusia.
            Sahabat-sahabati yang semoga tetap dalam naungan pergerakan, menjadi mahassiswa merupakan kebanggaan tersendiri bagi kita, namun di atas kebanggan tersebut kita sedang mengemban amanat untuk mempertahankan serta mengisi  kemerdekaan dengan hal yang bisa memajukan Indonesia ke depan.
Menjadi orang Indonesia yang beragama islam adalah takdir kita saat ini. Di tengah pertarungan ideologi yang belum selesai, atau bahkan tak akan selesai mewarnai negara ini. Kita tahu bahwa ada beberapa idiologi yang mencoba mengerogoti atau bahkan ingin mengganti Pancasila.  PMII hadir untuk bersama mempertahankan Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara ini, selain itu PMII juga hadir sebagai penerus .perjuangan para kyai yang mempertahankan islam Ahlussunah wal Jamaah.
Selanjutnya, sesuai ketentuan buku panduan kaderisasi PB PMII, modul Mapaba ini dimaksudkan untuk memahamkan anggota baru mengenai ke-Mahasiswaan, ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Dengan modul ini, pemateri akan lebih mudah dalam menjalankan proses pembelajaran kepada peserta Mapaba. Selain itu, modul ini juga di harapkan menjadi pegangan anggota baru, agar selama berproses di PMII selanjutnya tidak kehilangan arah. Isi materi dalam modul ini ada enam, yang kesemuanya sudah di sepakati bersama dalam rapat departemen kajian dan wacana yaitu Aswaja, ke-PMII-an, Nilai Dasar Pergerakan (NDP), sejarah gerakan mahasiswa, pengantar Hak Asasi Manusia dan Gender.
            Tak ketinggalan, perlu kami ucapkan terimakasih kepada segenap anggota departemen kajian dan wacana yang sudah menerbitkan modul ini, terlebih kepada anggota wacana yang mendapat bagian menulis dan me-lay-out. Terimakasih juga kepada segenap pengurus rayon, sudah senantiasa mengingatkan dan memberi semangat sampai akhirnya modul ini bisa sampai di tangan peserta Mapaba.
            Akhirnya, kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, dengan senang hati silahkan mengkritik atau memberi saran agar kedepanya lebih baik.
Akhirul kalam, Wallahul Muwafiq Illaa aqwamith Thariq
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

                                                                                               

                                                                                               











                                                                                                Departemen Kajian dan Wacana

tak bisa tidur

Deretan lentera itu masih menyala di hadapanku
begitupun mataku
masih bening menatap malam
bau hujan tadi sore
masih terasa
asap yang menari dari rongga tenggorakan
mengisahkan cerita segala kehidupan
keramik merah yang menempel pada tangga
menunjukkan sebuah tingkatan pengorbanan
suara jangkrik
pengganti musik klasik eropa
betapa menenangkan jiwa
gundukan pasir
tumpukan batu bata
sak bekas semen di samping tong bekas aspal itu basah
menunjukkan tembok gagah
bangunan tempat ibadah
sungguh indah
namun
tak semua tembok itu indah
ada tembok yang ingin aku robohkan
sayang, ketebalanya membuat nyaliku rapuh
jatuh
dua kubah itu menjulang
seperti rasa
tak kan hilang
menit
simbol waktu
ketepatan
masih terlihat tak sempurna
bukan sebuah harapan sirna
memang nyata
tampak dan ada

jum'at 02:10 november 15.

ke PMII an




Ke-PMII-an
            Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesi (PMII) merupakan salah satu elemen mahasiswa yang terus berusaha mewujudkan cita-cita Indonesia ke depan menjadi lebih baik. Dintara pendiri PMII adalah Mahbub Djunaidi dan Subhan ZE (seorang jurnalis sekaligus politikus legendaris).
A.      Sejarah Latar belakang pembentukan PMII
     Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dan sebagai bentuk jawaban dari tantangan zaman sebagai penggerak muda bangsa Indonesia. Dibawah ini adalah hal-hal penyebab berdirinya PMII:
a.       Carut marutnya situasi politik bangsa Indonesia dalam kurun waktu 1950-1959.
b.      Tidak menentunya sistem pemerintahan dan perundang-undangan yang ada.
c.       Pisahnya NU dan Masyumi.
d.      Hilangnya kenyamanan mahasiswa NU yang tergabung di HMI karena tidak terakomodasi dan terpinggirkannya mahasiswa NU.
e.       Kedekatan HMI dengan salah satu parpol yang ada (Masyumi) yang nota-bene HMI adalah underbouw-nya.
     Sebab-sebab diatas menimbulkan kegelisahan dan keinginan yang kuat dikalangan intelektual muda NU untuk mendirikan organisasi yang dapat menjadi agen penggerak muda dan juga sebagai wahana penyaluran aspirasi dan pembangunan potensi mahasiswa yang berkultur NU. Disamping itu juga ada hasrat yang kuat dari kalagan mahasiswa NU untuk mendirikan orgaisasi yang berideologi Ahlussunah wal Jama’ah.
1.      Deklarasi
Pada tanggal 14-16 April 1960 diadakan musyawarah mahasiswa NU yang bertempat di Sekolah Mu’amalat NU Wonokromo, Surabaya. Peserta musyawarah adalah perwakilan mahasiswa NU dari Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Surakarta, Makassar dan senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada musyawarah yang diadakan di Surabaya tersebut memperdebatkan nama organisasi yang benar-benar pantas yang akan didirikan hingga pada puncaknya menyepakati PMII sebagai nama yang pantas untuk organisasi kemahasiswaan NU. Musyawarah juga menghasilkan Anggota Dasar/Anggaran Rumah Tangga organsasi serta memilih dan menetapkan sahabat Mahbub Djunaidi sebagai ketua umum, M. Khalid Mawardi sebagai wakil ketua dan M. Said Budairy sebagai sekretaris umum. Ketiga orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan PB PMII. Adapun dideklarasikan resmi pada tanggal 17 April 1960 atau bertepatan dengan tanggal 17 Syawal 1379 Hijriyah yang menjadi hari ulang tahun dari PMII.
2.      Independensi PMII
Pada awal berdirinya PMII sepenuhnya dibawah naungan NU. PMII terikat dengan segala kebijakan NU. PMII merupakan perpanjangan tangan NU, baik secara struktural maupun fungsional. Selanjutnya sejak dasawarsa 70-an, ketika rezim neo-fasis Orde Baru mulai megerdilkan fungsi partai politik, sekaligus juga penyederhanaan partai politik secara kuantitas, dan issue back to campus serta organisasi-organisasi profesi kepemudaan mulai diperkenalkan melalui kebijakan NKK /BKK, maka PMII mencanangkan independensi, terlepas dari organisasi manapun (terkenal dengan Deklarasi Murnajati). Kemudian pada kongres tahun 1973 di Ciloto, Jawa Barat, diwujudkanlah Manifest Independensi PMII.
Namun, betapapun PMII mandiri, ideologi PMII tidak lepas dari faham Ahlussunah wal Jama’ah yang merupakan ciri khas NU. Ini berarti secara kultular-ideologis, PMII dengan NU tidak bisa dilepaskan. Ahlussunah wal Jama’ah merupakan benang merah antara PMII dengan NU. Dengan Aswaja PMII membedakan diri dengan organisasi lain.
Keterpisahan PMII dengan NU pada perkembangan terkait ini lebih tampak hanya secara organisasitoris formal saja. Sebab kenyataannya, keterpautan moral, kesamaan background, pada hakekat keduannya susah untuk diselenggarakan.
B.     Makna Filosofis
           Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerkan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”. Makna “Pergerakan” yang terkandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (mahkluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya. “Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ke-Tuhan-an dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
           Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial, kemasyarakatan dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
           Islam” yang teerkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma Ahlussunah wal Jama’ah yaitu, konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan. Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab (civilized).
           Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (Pancasila) serta UUD 45.
C.    Lambang PMII
            Lambang PMII diciptakan oleh H. Said Budairi. Lazimnya lambang, lambang PMII memiliki arti disetiap goresannya. Arti dari lambang PMII bisa dijabarkan dari segi bentuknya (form) maupun dari warnanya.
Dari bentuk :
a.       Perisai berarti ketahanan dan ketegaran mahasiswa Islam dalam menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh luar.
b.      Bintang adalah perlambangan ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
c.       Lima bintang bagian atas menggambarkan Rasulullah dengan keempat Shahabat terkemuka (Khulafau al Rasyidien).
d.      Empat bintang bagian bawah menggambarkan empat madzhab yang berhauan Ahlussunah wal Jama’ah.
e.       Sembilan bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat diartikan ganda yakni :
a.       Rasulullah dan empat sahabatnya serta empat Imam madzhab itu laksana bintang yang selalu bersianar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
b.      Sembilan orang pemuka penyebar agama Islam di Indonesia yang disebut Walisongo. 
Dari warna :
a.       Biru, sebagaimana warna lukisan PMII, berarti kedalaman ilmu pegetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
b.      Biru muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
c.       Kuning, sebagaimana warna dasar perisai-perisai sebelah bawah, berarti identitas kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.

D.    Visi dan Misi
Visi dasar PMII:
            Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi kebangsaaan. Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah ke-Islaman yang inklusif, toleran dan moderat. Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan suatu kehidupan bangsa yang demokratis, toleran dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.
Misi dasar PMII:
            Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk.
E.     Tujuan didirikannya PMII
Secara totalitas PMII sebagai suatu organisasi merupakan suatu gerakan yang bertujuan merubah kondisi sosial di Indonesia yang dinilai tidak adil, terutama dalam tatanan kehidupan sosial. Selain itu juga melestarikan perbedaan sebagai ajang dialog dan aktualisasi diri, menjunjung tinggi pluralitas, dan menghormati kedaulatan masing-masing kelompok atau individu.
Dalam lingkup yang lebih kecil PMII mencoba menciptakan kader yang memiliki pandangan yang luas dalam menghadapi realita sosial, ekonomi, politik dan budaya. Memiliki pemahaman yang komprehensif tentang berbagai macam paham pemikiran yang digunakan dalam menganalisa berbagai macam realita yang ada, sehingga diharapkan seorang anggota/kader akan mampu memposisikan diri kritis dan tidak terhegemoni oleh suatu paham atau organisasi yang dogmatis.
F.     Struktur Organisasi
a.       Pengurus Besar (PB) berpusat di Ibu Kota
b.      Pengurus Koordinator Cabang (PKC) berpusat di Provinsi
c.       Pengurus Cabang (PC) berpusat di Kabupaten
d.      Pengurus Komisariat (PK) berpusat di Kampus
e.       Pengurus Rayon (PR) berpusat di Fakultas                               

Pantang meninggalkan PMII dalam kondisi dan situasi apapun. Hidup Mahasiswa..! Salam Pergerakan..!

*Ulil Absor : Anggota Kajian dan Wacana Bidang Spiritual